Hari Kartini : Lahirnya Emansipasi Wanita

Halo sahabat, pasti sudah pada tahukan kalau ditanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Untuk menambah wawasan kita mengenai hari istimewa ini (terkhusus untuk wanita). Hari ini saya akan membagikan kisah dan perjuangan R.A Kartini sebagai pelopor perjuangan emansipasi wanita. Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar.

Estelle “Stella” Zeehandelaar, adalah temannya berkirim surat yang berasal dari Eropa. Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Oleh orangtuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini. Kini lagu tersebut sangat populer di kalangan siswa di seluruh nusantara. Lagu ibu kita Kartini menggambarkan inti perjuangan wanita untuk merdeka. Kini kemerdekaan kaum wanita diwujudkan dalam konsep emansipasi wanita.

Maka dari itu, peringatan Hari Kartini diperingati bertepatan dengan hari kelahiran Pahlawan Kemerdekaan Nasional Raden Ayu Kartini (R.A Kartini) pada tanggal 21 April setiap tahun sejak tahun 1964 oleh seluruh bangsa Indonesia. Tujuan peringatan Hari kartini adalah untuk memperingati dan menghormati perjuangan R.A. Kartini untuk mewujudkan kesetaraan kesempatan antara laki-laki dan perempuan di era modern yang secara khusus terutama dalam bidang pendidikan dan secara umum kesetaraan gender di semua bidang. Perayaan ini selayaknya mengandung makna mendalam mengenai emansipasi perempuan dan mengingatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk terus konsisten memperjuangkan keadilan gender. Peringatan Hari Kartini ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964 yang didalamnya juga memuat penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Peringatan kartini bukan hanya sebatas peringatan semata, atau seperti penggunaan sanggul dan kebaya. Melainkan mengingatkan kembali mengenai kesetaraan perempuan dan  laki-laki. Peringatan ini juga sebagai momen untuk memperkuat dan memperluas pemberdayaan perempuan Indonesia, peningkatan kualitas hidup perempuan, mendorong kesadaran laki-laki untuk aktif terlibat dalam mewujudkan keadilan gender, serta memperkuat penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. FYI, pada tahun 2018 ini Hari Kartini bertemakan “Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Perempuan Melalui Semangat Kartini”. Semoga perjuangan Kartini yang telah mewujudkan Emansipasi Perempuan dapat terus berjalan. Ayo pemudi-pemudi Indonesia, lahirnya sebagai perempuan yang berkodrat tinggi, junjung cita-cita demi masa depan dirikita dan orang disekitar kita. Tanamkan semngat Kartini didiri kita kelak tiada yang sia-sia. “Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri’. – R. A. Kartini.

Dwi Rina Kurnia Lubis

Content Writer

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

[ultimate_fancytext strings_textspeed=”35″ strings_backspeed=”0″ fancytext_strings=”Powered by
Media Officer Team ISYF”]
Previous Post
Hari Filateli Indonesia
Next Post
Hari Pendidikan : Mengenang Semangat Juang Ki Hajar Dewantara

No results found.
keyboard_arrow_up