Manfaatkan Masa Mudamu

Hari ini merupakan hari yang sama seperti hari kemarin maupun seperti hari esok, begitulah hari-hari yang dijalani oleh Erwin tidak ada yang berbeda. Erwin merupakan seorang mahasiswa asal Medan yang selalu duduk di bangku belakang dan menghabiskan waktu untuk tidur hingga jam mata kuliah berakhir. Hal ini dikarenakan Erwin sering begadang untuk bermain Mobile Legend dan menonton pertandingan sepak bola hingga larut malam. Hingga pada suatu ketika Erwin memutuskan bolos dan meminta bantuan temannya untuk TA (Titip Absen). Erwin memutuskan untuk bolos karena telah membuat janji mabar (main bareng) Mobile Legend di kos salah satu temannya, Dodi. Erwin pun mencoba untuk menghubungi Dodi karena lupa di mana alamat kos Dodi.

“Halo, Dod? Di mananya kos kau itu Dod? Lupa pulak lah aku di mana, seingatku kos kau yang warna ijo tapi kutengok semua rumah di sini warna ijo peninglah kepalaku, Dod. Cak kau kasih tahu dulu di mana alamat kosmu”, tanya Dodi di telepon.

Alamak bisa pulak kau lupakan kos aku Win, setelah lima semester kita lalui bersama, alamat kosku pun tak kauingat. Kosku bukan warna ijo tapi warna ungu”, jawab Dodi.

Alamak iya ya Dod baru teringat aku, okelah langsung gerak aku sama abang Grabku ya”, jawab Erwin.

Sesampainya di kos Dodi, Erwin pun langsung menghidupkan smartphonenya dan langsung bermain Mobile Legend bersama Dodi sahabatnya hingga malam tiba. Namun, tak lama waktu berselang ternyata mati lampu dan baterai handphone Erwin mulai habis dan dia memutuskan untuk berhenti dan mengajak Dodi pergi keluar untuk mencari makan lantaran perut Erwin mulai keroncongan. Mereka menuju ke sebuah rumah makan sederhana yang ada di seberang kos Dodi. Erwin dan Dodi memesan menu makanan yang sama yakni Nasi Goreng Sambal Pete Spesial dan Teh Manis dingin. Setelah beberapa lama mereka makan datanglah seorang pemuda dengan pakaian yang agak lusuh dan penuh keringat di wajahnya dengan membawa keranjang berlapis daun pisang dan berjalan menjajakan sate tusuknya.

“Sateee…sateee…satenya Bang, Kak?”, tanya sang penjual sate sambil tersenyum tipis namun tidak ada satupun orang yang membeli. Si penjual sate tusuk tersebut menarik perhatian Erwin dan akhirnya dia memanggil si penjual sate itu.

“Sateee…, aku mau belik satenya, Bang” teriak Erwin.

Si penjual sate tersebut pun menghampiri Erwin dan Dodi. “Iya Bang, mau sate apa? Sate tahu harganya Rp.2000,00/tusuk, sate jengkol Rp3.000,00/tusuk, sate kerang Rp1.500,00/tusuk, dan sate telur puyuh Rp2.000,00/tusuk” jawab si penjual sate sambil membuka alas daun pisang yang membungkus sate tusuknya.

Erwin terkejut melihat isi keranjang sate yang masih sangat banyak. “Alamak kok masih banyak kali sate abang ini ? Padahal sudah capek kali kutengok abang berjalan ke sana ke mari, kalau gitu aku belik Rp10.000,00 lah bang telur puyuhnya karena selera kali aku tercium baunya, jadi teringat aku sama masakan mamakku di rumah” tanya Erwin penasaran.

“Iya bang memang masih banyak kali ini karena baru abanglah yang belik sateku ini. Makasih ya, Bang” jawab si penjual sate sambil memberikan sate telur puyuh kepada si Erwin.

Alamak serius abang itu? terus kenapa abang jualan sate tusuk ini bang kalau sedikitnya peminatnya?”, tanya Erwin sambil memakan satenya.

Kemudian si penjual tersebut duduk di samping Erwin dan menundukkan kepalanya dengan wajah sedih. Ia menjawab, “Iya cemana lagi lah bang cuman jualan sate tusuk ini yang bisa kukerjain, aku gak punya keterampilan apa-apa bang karena susah cari kerjaan zaman sekarang, jadi nyesal aku karena kusia-siakan uang mamakku untuk nyekolahkanku tapi kubuat uang itu untuk main game online di warnet” jawab si penjual sate. Kemudian Dodi dan Erwin saling pandang dan tertegun karena mereka menyadari bahwa mereka juga sering menghabiskan uang yang diberi orang tua mereka untuk membeli kuota internet bermain Mobile Legend.

“Jadi abang putus sekolah?”, tanya Dodi.

“Iya bang, putus sekolahku bang karena udah gadak lagi biaya mamakku, padahal udah sampai jual sawah mamakku biar bisa aku sekolah ke perguruan tinggi. Tapi aku terlena dengan asyiknya bermain game online, nongkrong bareng teman-teman di kafe, banyak bermain jadi lupa aku kuliah. Jadi kalau aku boleh ngomong, orang abang ini kan masih muda dan sehat jadi harus dimanfaatkan jangan sampai jadi kayak aku jadi penjual sate tusuk keliling, capek bang panas-panasan dan duit juga pas-pasan”, jawab si penjual sate. Akhirnya tidak lama kemudian datang suara pembeli dari arah yang berbeda sehingga si penjual sate tersebut beranjak pergi dan menghampiri pembeli lainnya. Sedangkan Erwin dan Dodi memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing.

Cindy Puteri Utami Barus

Content Writer

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Previous Post
Hari Dharma Samudera
Next Post
Mengatasi Problematika Stunting di Indonesia

No results found.
keyboard_arrow_up