Mendengar kata “produktif” saat pandemi seperti ini, awalnya terasa tidak mungkin bagi saya. Dimana kita semua tahu ini memang sulit, banyak kendala atau hal yang menghambat kita untuk produktif. Contohnya saat saya ingin mencari tahu hal-hal baru di google, tujuan buka hp seketika berubah, jadi scroll tiktok, Instagram, dll. Menurut saya, banyak sekali godaan yang menjadikan saya gagal produktif, di masa serba online sekarang ini. Selain itu, sifat-sifat lama saya, seperti rajin dan perfectionist perlahan mulai sirna. Lalu bagaimana saya bisa mengembalikan jiwa ambis saya yang dulu?
Satu satunya hal yang terpenting untuk menjaga dan memelihara produktivitas selama pandemi adalah niat. Niat untuk terus semangat sangat dibutuhkan, karena mau secapek apapun jika ada niat untuk mau mencoba produkif pasti akan bisa. Apalagi di jaman sekarang, banyak sekali cara untuk bisa produktif, bisa dengan research online di google, dan berbagai platform manapun. Jaman sekarang banyak sekali aplikasi atau website informasi special course, volunteer, webinar, lomba, atau seperti ISYF ini saya dapat info ini dari tiktok dan ternyata sangat seru, jadi bisa tetap produktif secara fun meskipun di rumah aja.
Menurut saya pada masa pandemi ini, tidak ada alasan untuk malas terkendala tidak tahu informasi-informasi, karena banyak sekali peluang untuk tetap bisa produktif meskipun dan tanpa uang sepeserpun.
Cara lebih kasarnya, terkadang saya membandingkan diri dengan orang lain, bukan untuk hal yang negatif, namun ada 2 manfaat yang saya rasakan, jika berpikir dengan bijak. Misalnya saat saya belum bisa maksimal menyelesaikan sesuatu, tapi bagi orang lain hasil kerja saya sudah sangat bagus, lalu kita bandingkan dengan teman kita “oh dia punya bahkan belum bagus juga ya seperti saya”. Menurut saya itu agar kita tidak merasa sendiri, banyak orang lain yang senasib sepenanggungan dengan saya, atau bahkan lebih buruk daripada saya tetapi mereka tetap kuat, artinya membandingkan diri dengan orang lain dalam konteks ini agar lebih bersyukur, cukup hanya sampai agar lebih bersyukur saja, tidak perlu dipamerkan atau disombongkan, sekedar self-reward saja, agar tidak jadi terlalu down. Contoh lainnya adalah disaat melihat orang lain yang lebih dari saya, jika berpikir dengan bijak, saya direncanakan untuk mengetahui hal tersebut (teman kita lebih jago dari kita, dll), bukan untuk supaya saya iri atau membenci mereka, tetapi agar saya termotivasi. Dengan pikiran “Diumur dia yang yang sekarang, dia sudah bisa seperti itu. Artinya kalau dia bisa, saya juga pasti bisa”, menjadikan itu sebagai inspirasi dan motivasi agar lebih produktif.
Tips pertama dari saya guna menjaga dan memelihara produktivitas selama pandemi. Walaupun saya belum sempurna juga dalam hal produktif, namun “tidak perlu menjadi sempurna untuk menyebarkan kebaikan” bukan begitu? Jadi sebagai seorang siswa, yang tiada henti-hentinya diberikan tugas oleh guru, apalagi ada “culture shock” atau kaget dikarenakan belum terbiasa melakukan seluruh aktivitas full dirumah. Terkadang saya terlalu banyak me-time, untuk diri saya sendiri sampai kebablasan, jadi untuk lebih mengontrol waktu saya, saya membuat jadwal. Saya tipe orang yang pelupa, selain pelupa saya juga tukang menunda, jika ditunda terus menerus jadi numpuk, berakhir buruk, dan banyak sekali dampak negatif jika malas, saya belajar dari pengalaman saya untuk membuat jadwal. Cara saya adalah saya membuat alarm di hp saya, misal jam 9 saya akan webinar, lalu jam 12 saya akan mengerjakan tugas-tugas saya. Saya menerapkan itu setiap hari, dan hasilnya, saya jadi lebih ingat waktu, tidak kebablasan main hp atau nonton, dan bisa menyelesaikan tugas-tugas ku.
Tips kedua adalah mempersiapkan segala hal. Dalam artian meskipun saat itu belum siap untuk mulai, masih malas. Tapi coba lawan rasa malam, tidak harus langsung mulai, yang terpenting coba menyalakan laptop, buka word, atau siapkan kertas/buku tulis, atau apapun itu agar kapanpun ada niat sedikit, terpacu untuk tidak malas, karena semua yang diperlukan untuk bekerja sudah siap. Secara tidak langsung, dengan melihat semua barang-barang yang diperlukan sudah siap didepan mata, pasti akan tergerak hatinya untuk mulai mengerjakan kerjaan yang harus dikerjakan.
Tips ketiga adalah melakukan rutinitas pagi seperti biasa saat dulu sebelum pandemi. Godaan terbesar melakukan online school adalah suasana yang mirip dengan “hari libur”. Hal yang saya lakukan adalah menjalani rutinitas pagi seperti biasa saat sekolah biasa selalu mandi pagi, pakai baju yang nyaman otomatis karena sudah mandi sudah tidak mengenakan piyama lagi jadi meminimalisir rasa kantuk atau malas, dan mengisi perut karena selain sarapan pagi sangat sehat, serapan pagi tidak akan menganggu konsentrasi belajar atau bekerja jadi, tidak akan berpikir “aduh saya belum nih” tapi disaat mau makan, malah lebih banyak lagi tugas-tugas menanti, jadi saya selalu makan pagi terlebih dahulu agar pagi sampai siang bisa fokus menjalani hari, tidak kebanyakan stop atau istirahat. Dengan makan dan mandi pagi akan membuat pikiran dan tubuh lebih siap untuk melakukan pekerjaan.
Tips keempat adalah mengatur keadaan sekitar. Kita semua tahu suasana seperti apa yang cocok untuk diri kita sendiri. Ya, tentunya yang nyaman. Ruangan atau tempat di rumah yang memiliki pencahayaan baik, ventilasi yang cukup, dan suhu ruangan yang pas, tidak kepanasan atau kedinginan. Dan yang terpenting selalu sediakan air putih disebelah, agar tidak dehidrasi.
Tips kelima adalah jangan pernah abaikan kesehatan. Karena ketika tubuh sehat dan bugar, akan lebih segar dan semangat menjalani hari, tidak loyo, lemas, ngantuk, dll. Tidur yang cukup, rutin berolahraga, konsumsi makanan sehat dan vitamin adalah kunci agar tubuh senantiasa dalam keadaan prima untuk bisa menyelesaikan pekerjaan dan deadline yang tetap ada di saat pandemi. Setelah selesai sekolah, saya juga “self-reward” dengan melakukan melakukan hobi, kalau saya akan random play dance kpop atau bisa apapun yang membuat mood naik sebagai kesenagan dan hitung-hitung menghibur diri karena telah menyelesaikan hari dengan baik.
Saya sangat tau sulitnya untuk bergerak dari rebahan kita sekarang ini, malas-malasannya kita, tapi saya belajar jangan takut untuk keluar dari zona nyaman.
Karena jujur saya juga orang yang sangat malas, dan merasakan banyak godaan saat ingin mulai produktif. Tetapi karena saya sering lihat di tiktok, Instagram, youtube, dan berbagai social media lainnya, bahwa anak-anak seusia saya, sudah bisa melakukan banyak hal dan sangat aktif walau masa pandemi. Saya menjadi sangat tertantang dan termotivasi untuk mencobanya. Walaupun dalam menjalankannya belum 100% mulus, saya sudah berusaha. Pernah saya mendengar quotes “lebih baik sedih karena gagal, daripada menyesal karena tidak mencoba”. Saya sangat relate karena berdasarkan pengalaman, saya sering sekali menyesal atas kemalasan saya, seperti contoh melihat orang lain bisa atau jago di bidang yang dulu saya pernah jago juga di bidang itu.
Walaupun memang dibandingkan orang-orang lain, saya kalah jauh dari produktifnya mereka, namun jiwa untuk mau terus berusaha dan berkembang saya tidak akan kalah.
Karya Maria Laras Josefin Naibaho